Selasa, 10 Februari 2015

Kebudayaan Indonesia Mulai Tergusur

                        Kebudayaan Kita Semakin Tergusur

Sebuah persoalan dalam bidang budaya yang masih mendesak pemahaman kita ialah mengapa kebudayaan Indonesia sejak tahun 1980-an berada dalam keadaan kurang mengembirakan, ia semakin tergeser, tergusur, dan tersingkir dari pusat dan puncak perhatian dan kesibukan kita sehari-hari. Ini memang bukan persoalan baru, dan memang sudah ramai di perbincangkan pada awal 1980-an, tapi setiap ada yang mempertanyakan apa yang saat ini harus di perhatikan dalam sebuah kebudayaan Indonesia, saya cenderung menunjuk pada tidak lagi mementingkan kebudayaan sebagai problematika terpenting.

Musim temu budaya daerah sebagai penyangga budaya nasional bermunculan diberbagai kota seakan-akan budaya kita pada masa ini menghadapi kemunduran biarpun seorang pakar budaya masih penting. Seorang pakar budaya pada masa pra-Orde baru mungkin seperti seorang Iwan Fals, Abdurrahman Wahid, atau Laksamana Soedomo. Pada tahun 1970-an orang sudah mengeluh tentang kebudayaan, tapi pada waktu itu masih ada hiruk-pikuk perdebatan dan persaingan yang tak banyak tersisa. Sejauh itu masih ada yang perlu di pertanyakan terhadap kesadaran akan wawasan Nusantara yang kadang masih diselimuti oleh chauvinis kedaerahan dan kebudayaan yang pada akhir-akhir ini akan kembali berona sejarah seperti ketika berkecamuknya masa renaisance dan aufklarung di benua barat tiga abad yang lalu. Apabila dengan kian terasanya arus globalisasi peradaban masyarakat industri maju, yang mengandalkan materialisme dan membawa wabah konsumerisme, pengusuran mau tak mau pasti terjadi. Banyak sendi budaya yang ditinggalkan.

Impor, Asing dan Modern
Diantara masalah itu, antara lain mengenai pemahaman kita tentang kebudayaan secara umum, khususnya kebudayaan Indonesia atau Nasional, kebudayaan -kebudayaan daerah dan asing peranan agama, ilmu pengetahuan budaya, bahkan, sampai pada masalah yang lebih kecil seperti, masalah minat baca dan sebagainya. Drs HM. Idham Samawi mengatakan, bahwa apa yang kita rasakan saat ini adalah sebuah kondisi di mana bangsa dan negara saat ini berada dalam suatu arus yang sangat besar yang membatasi (marjinalisasi). Kita dapat melihat secara langsung bagaimana petani terpuruk, buah lokal digusur oleh buah impor, kebudayaan kita tersingkir oleh kebudayaan asing, dalam kasus kebudayaan, kita melihat dengan jelas bagaimana anak-anak disihir oleh film-film asing ditengah ketidakmampuan kita melihat film bagi anak-anak kita. Dalam peta kehidupan masyarakat modern yang menjunjung tinggi budaya pragmatis, nilai- nilai kebudayaan yang menjunjung tinggi keselarsan (harmoni), cenderung tersingkir. Sebab, nilai- nilai kebudayaan itu di pandang kurang relevan dengan kehidupan masyarakat modern.

Masalah merampingnya kebudayaan Indonesia akhir-akhir ini menjadi perbincangan di kalangan seniman dan budayawan. Hal itu berarti bahwa sebenarnya kalangan seniman dan budayawan bukan bereaksi menghadapi realitas dan masalah yang timbul, melainkan mereka sekedar bereaksi menanggapi masalah dan realitas itu.

Pejabat pemerintah yang punya kompetisi dengan kesenian tradisional supaya citra negara terangkat dimata dunia dan pencaturan International, masih berdiri dengan perjanjian (konvensi) lama, negara dan pejabat negera hanya memfungsikan kesenian Indonesia untuk kepentingan praktis, karena titik tolak pandangan dan sikapnya masih pada batas bahwa kesenian tradisional dan modern adalah instrumen kegiatan ritual. Hal itu tidak membutuhkan perhatian dalam porsi yang besar, yang sama dengan sektor-sektor kehidupan lain tidakkah jatah untuk kebudayaan hanya 2,7 persen dari ranangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) pada berita terakhir.

Kebudayaan masih dianggap instrumen yang berfungsi praktis, umpamanya untuk tujuan pelancongan (turisme) bagi peningkatan sumber devisa negara, para seniman yang mengembangkan etos kebudayaan masih bergulat dengan banyak pihak kearah perbaikan kesenian Indonesia di masa depan. Raudal Tanjung Banua mengatakan, bahwa tataran kebudayaan dengan kemungkinan nasionalisme kebudayaan tidak terlalu digali, bahkan cendrung dinibsikan. Akan tetapi dari proyek nasionalisme yang mengotamakan arus negara itu, bangsa-bangsa diringkus menjadi sekedar suku bangsa. Disusun sebuah ruang kebudayaan yang lebih lapang telah dihilangkan, demi kemauan politis. Perlu di pahami kita memperbincangkan tergusurnya kedudukan kebudayaan sebagai suatu pranata sosial. itu tidak membicarakan budaya secara detail.bukan juga nilai budaya masyarakat. Ini perlu ditekankan karena perbincangan tentang tergusurnya peran sosial budaya sering di pahami secara keliru sebagai kritik atau tuduhan terhadap sosial budaya. Seakan- akan gejala ini saya kira merupakan kesalahan pihak budayawan.

Kesalahpahaman seperti itu, merupakan akibat dominasi tradisi romantisme yang terlalu menekankan aspek individual budayawan dan nilainya. Mengabaikan kebudayaan sebagai pranata sosial. menyebut nasib pranata kebudayaan dianggap sebagai serangan pribadi terhadap para budayawan. Akibatnya, budayawan yang berwawasan sempit menyangkal terjadinya gejala pengerdilan dan penggusuran kebudayaan dalam pembangunan. Karena merasa di serang, mereka membela diri dan membela status quo dengan mengatakan kebudayaan sekarang baik- baik saja, kalau ada penilaian yang negatif atas perkembangan budaya, maka itu di anggap sebagai kegagalan atau ketololan para kritikus budaya yang kurang paham kepada kebudayaan.

Model hubungan inilah, kita menampilkan cara-cara pemahaman yang baru sebagai paradigama postrukturalisme, dengan melibatkan sebagai disiplin yang lain, yang kemudian melahirkan pemahaman kebudayaan-kebudayaan yang bernuansa Islami dan berpegang teguh pada agama itu sendiri. Kondisi masyarakat Indonesia yang dinamis sebagai akibat hubungan antara agama dan kebudayaan. Penelitian dan studi kultural perlu ditekankan untuk dapat memberikan sumbangan yang positif dalam rangka mengungkapkan latar belakang sosial khususnya yang ada di Indonesia, sehingga agama dan kebudayaan benar-benar memiliki arti bagi masyarakat luas.
x

Mandi Menjelang Subuh Banyak Manfaatnya Bagi Kesehatan




Manfaat Mandi Menjelang Subuh Bagi Kesehatan

Berikut sejumlah manfaat mandi subuh bagi kesehatan tubuh:

1. Melancarkan peredaran darah dalam tubuh
Tahukah Anda ternyata air dingin yang menyentuh kulit kita ketika mandi menjelang subuh mampu melancarkan peredaran darah dalam tubuh. Peredaran darah yang lancar akan membuat tubuh selalu sehat dan tercegah dari berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh tidak lancarnya aliran darah dalam tubuh.

2. Menjadikan kulit wajah awet muda
Semua orang pastinya ingin terus terlihat awet muda. Bisa saja wajah Anda selalu tampak awet muda hanya dengan rahasia yang satu ini. Benar sekali, rahasia yang dimaksud adalah mandi di pagi hari sebelum waktu subuh. Penuaan memang tidak bisa dihindari, namun bisa diperlambat tanda-tandanya. Beberapa tanda penuaan yang paling sering dijumpai yaitu terlihat kerutan dan garis-garis halus pada kulit wajah, terdapat lingkaran hitam di area mata, kulit kusam, timbul flek atau noda hitam, dan kulit kehilangan kelembaban alaminya sehingga kulit tak lagi elastis. Dengan sentuhan air dingin saat mandi, kulit akan menjadi halus, sehat, cerah, dan tanda-tanda penuaan akan hilang. Namun dengan 1 catatan: lakukan mandi menjelang subuh secara rutin.

3. Mencegah penyakit tekanan darah tinggi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi tergolong sebagai salah satu penyakit berbahaya. Penyakit ini banyak diderita oleh banyak orang di dunia. Sebagian besar penderita hipertensi adalah kaum pria. Namun banyak juga kaum hawa yang terkena penyakit hipertensi. Penyakit tekanan darah tinggi lebih banyak menyerang orang yang berusia 40 tahun ke atas. Namun karena gaya hidup yang semakin tidak sehat menyebabkan anak-anak muda zaman sekarang juga berisiko terkena penyakit hipertensi. Agar terhindar dari penyakit hipertensi, mandi di pagi hari (menjelang subuh) sangat disarankan karena air dingin yang menyentuh kulit dapat memicu pembuluh darah untuk melebar.

4. Meningkatkan jumlah sel darah putih secara signifikan
Fakta seputar mandi menjelang subuh banyak manfaatnya bagi kesehatan juga dapat dibuktikan dengan adanya pendapat dari banyak ahli kesehatan yang mengatakan bahwa mandi pagi dapat meningkatkan sel darah putih dalam tubuh. Sel darah putih adalah salah satu elemen penting pada sistem imun kita. Sel-sel darah putih ini berperan sebagai penjaga dan pembangun sistem imun tubuh. Dengan mandi saat menjelang subuh, sel-sel darah putih dalam tubuh akan meningkat jumlahnya. Dengan demikian, sistem imun tubuh pun akan semakin kuat.

5. Menghilangkan stress
Stress terkadang dialami oleh mereka yang memiliki beban baik karena beban hidup atau beban dari tugas di tempat kerja. Stress ternyata dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan, stress bisa menjadi pemicu timbulnya gangguan kesehatan dan gangguan psikis seseorang. Mandi menjelang subuh secara rutin mampu menghilangkan stress karena pikiran menjadi segar kembali dan siap untuk memulai aktivitas sehari-hari.

6. Menyehatkan rambut
Apa hubungannya kebiasaan mandi di pagi hari dengan kesehatan rambut? Ternyata air dingin dapat melapisi lapisan kutikula rambut sehingga rambut tidak akan mudah rontok. Air dingin yang mengguyur rambut juga mampu membersihkan kotoran yang menempel di kulit kepala sehingga kulit kepala akan bersih dan rambut pun akan sehat serta kuat.

Kondisi yang Tidak Disarankan Untuk Mandi Menjelang Subuh
Namun ada beberapa kondisi di mana mandi menjelang subuh tidak disarankan. Misalnya mereka yang menderita penyakit berat. Penderita penyakit berat sebaiknya mandi dengan air hangat yang suhunya mendekati suhu tubuhnya. Mengapa? Agar sistem tubuh yang sedang lemah dan sistem adaptasi pada tubuh tidak distimulasi secara paksa.

Nah, bagaimana dengan penderita penyakit kulit, eksim, dan rematik? Bagi Anda yang menderita eksim atau rematik, sebaiknya hindari mandi menjelang subuh terkecuali mandi dengan air hangat. Kulit penderita eksim akan gatal-gatal apabila terkena air bersuhu dingin. Sedang pada penderita rematik, air dingin hanya akan menambah parah radang sendi yang tengah dialaminya. Perubahan suhu yang signifikan juga berpotensi mengganggu jalannya aliran darah dalam tubuh.